Mengenal Ilmu Leak: Asal Usul Leak Bali

Filosofi Leak Bali yang Menyeramkan – Apakah Anda mengetahui apa itu leak, asal-usul nya seperti apa, dan bagaimana perwujudan Leak sesungguhnya? Pasti sebagian besar dari Anda menjawab bahwa Leak bali adalah hantu yang menyeramkan berasal dari Bali dan ilmu pengliyakannya bersifat merusak / mengganggu / menyakiti. Saya tekankan kepada Anda bahwa semua itu tidak benar. Pada umumnya, Leak itu tidak menyakiti, Leak adalah proses ilmu yang cukup bagus bagi mereka yang tertarik. Ilmu leak adalah warisan leluhur nenek moyang di Bali yang berkembang sejak zaman Kerajaan Kediri, kemudian diriwayatkan dalam bentuk cerita Calonarang. Sampai sejauh ini pun ilmu leak masih berkembang di Bali, tapi tidak blak-blakan seperti dulu karena banyak persepsi dari masyarakat yang salah tentang ilmu leak ini. Pangliyakan pada dasarnya adalah ajaran dharma yang bertujuan untuk mencapai kesempurnaan (moksa), yaitu pembangkitan energi dalam diri dengan sarana aksara suci.

Dalam masyarakat, ilmu leak sering dilabel membahayakan atau bahkan membunuh manusia, namun tidak demikian. Ilmu leak tersebut mirip dengan ilmu lain yang terdapat pada lontar Bali Kuno. Mereka yang mendalami ilmu ini memilih tempat yang agak rahasia, karena ilmu Leak memang bersifat rahasia. Seiring berjalannya waktu, ilmu inipun mengalami perubahan, namun tetap sama dalam esensi pelaksanaanya. Ilmu yang menyakitkan itu santet atau nerangjana, ilmu ini bersifat negatif, terutama karena menyakiti orang lain dengan motif balas dendam, cemburu, dan ingin unggul. Ilmu ini disebut juga dengan istilah pengiwa. Nah ilmu inilah yang disalahartikan dengan Ilmu Leak oleh kebanyakan masyarakat di Bali

Di dalam aksara Bali tidak ada huruf leak, yang ada yaitu “liya ak” yang berarti lina aksara (memasukkan dan mengeluarkan kekuatan aksara dalam tubuh melalui cara-cara tertentu). Energi yang terkandung di dalam aksara ini disebut Panca Gni Aksara (Lima Huruf Api). Karena ketika mencapai puncaknya akan mengeluarkan cahaya (jyoti, teja) melalui lima pintu indra tubuh. Tidaklah mudah mempelajari ilmu pangliyakan, sangat rumit dan kompleks, diperlukan bathin yang bersih. Ilmu leak sendiri memiliki Etika yang harus dipatuhi oleh penuntunya, seperti: hormat dan taat kepada ajaran yang diberikan, selalu melakukan ajapa-ajapa dan menyembah Siwa dan Durga dalam bentuk ilmu pengetahuan kawisesan, tidak boleh pamer, selalu menjalankan Dharma, tidak boleh makan daging kaki empat, tidak boleh melakukan hubungan (zina), tidak boleh menyakiti.

Untuk menghindari kesalahanpahaman di mata masyarakat mengenai persepsi tentang Ilmu Leak, Universitas Hindu Indonesia (UNHI) Denpasar memperkuat pemahamannya tentang ilmu pangliyakan yang merupakan warisan budaya Bali. Bahkan pihak universitas berencana membuka Program Studi (Prodi) Ilmu Pengleakan pada tahun 2019. Pihaknya bahkan melakukan berbagai persiapan awal, di antaranya Focus Group Discussion (FGD), seminar dan rencana mengundang pakar untuk diskusi yang lebih mendalam. Menurut Dr. I Wayan Suka Yasa, dosen UNHI Denpasar, segala ilmu yang ada di dunia ini sebenarnya bersifat netral. Orang-orang yang membuatnya terlihat baik atau buruk, positif atau negatif. Mirip dengan pisau. Jika digunakan untuk memotong makanan, maka kita bisa memakannya. Di saat yang sama, jika digunakan untuk membunuh seseorang, tentu pandangan negatif akan terbentuk.

Menurut Suka Yasa, pada dasarnya, dia menjelaskan ada tiga jenis ilmu leak. Yakni penengen, pengiwa dan kamoksan. Ilmu penengen adalah ilmu yang secara langsung bermanfaat bagi umat manusia. Biasa digunakan oleh orang Bali (dukun) untuk merawat pasien, memulihkan keharmonisan dalam hubungan yang lepas, dan membawa manfaat lainnya. Selanjutnya adalah tipe pengiwa, yaitu sejenis pengetahuan yang merusak atau menghancurkan dan berbahaya. Ilmu inilah yang populer di Bali saat ini. Membuat orang memiliki pandangan negatif terhadap ilmu yang leak. Hal ini mungkin karena orang yang mempelajari ilmu leak masih memiliki tingkat ego yang tinggi. Sehingga pengetahuannya digunakan untuk melampiaskan emosi, kebencian, iri hati, dan kecemburuannya. Ilmu ini bersifat tamasika. Dan aspek yang terakhir dalam ilmu leak, yakni kamoksan atau ilmu kelepasan. Moksa adalah tujuan hidup akhir umat agama Hindu, yaitu kebebasan dari ikatan duniawi dan putaran reinkarnasi kehidupan, dimana atman menyatu dengan paraatman (Brahman). Sehingga dapat disimpulkan ilmu leak terdiri dari ilmu kawiwesan (penengen pengiwa untuk duniawi), dan ilmu kelepasan (untuk lepas dari duniawi).

Adapun tingkatan-tingkatan ilmu Leak yang memilki 7 (tujuh) tingkatan sesuai dengan apa yang dipelajari yang didukung oleh kebersihan bathinnya sendiri, yaitu :

  1. Liyak Barak [Brahma]. Leak ini baru bisa mengeluarkan cahaya merah api
  2. Liyak Bulan
  3. Liyak Pemamoran
  4. Liyak Bunga
  5. Liyak Sari
  6. Liyak Cemeng Rangdu
  7. Liyak Siwa Klakah. Leak inilah yang tertinggi. Sebab dari ketujuh cakranya bisa mengeluarkan cahaya sesuai dengan kehendak bathinnya.

Baik demikianlah Informasi yang dapat saya berikan kepada Anda yang penasaran mengetahui apa itu Leak Bali, bagaimana asal-usulnya, dan perkembangannya di Bali seperti apa. Artikel ini hanya sebagai pembelajaran semata ya, jangan Anda salah gunakan. Apabila Anda orang Bali ada yang memiliki filosofi lain tentang Ilmu Leak, silahkan berkomentar di bawah ya, agar kita bisa saling mengisi menambah wawasan.